Bentuk Penyajian Tari Tradisi

Setiap penyajian tari akan tampak jelas aneka ragam bentuk koreografinya. Seperti kita ketahui ada koreografi yang diperagakan oleh satu orang  penari, dua orang penari atau lebih, yang dalam peragaannya bisa sama dan bisa pula berbeda..Keberadaan tari yangdilakukan sendiri, berdua, ataupun kelompok, masing-masing mempunyai suasana, spirit (semangat) dan latar belakang yang berlainan.

Apabila isi tarian atau konsep isi tarian bersifat internal, berarti bentuk tarian atau konsep bentuk tarian bersifat eksternal. Artinya yang bersifat internal akan tertangkap oleh kita dengan rasa dan pikiran secara rohaniah, sedangkan yang bersifat eksternal akan tertangkap oleh kita dengan inderawi jasmaniah. Dengan kata lain, isi tarian adalah konsepsi isi yang tak tampak, dan bentuk tarian adalah konsepsi yang tampak dan terdengar dari sebuah tarian.

Dengan demikian bentuk tari  merupakan manifestasi atau cerminan dari konsepsi tari, dan konsep tari bentuk ini terwujud sebagai elemen-elemen materi obyektif (terlihat dan terdengar) yang saling berhubungan dan menjadi kesatuan yang utuh sesuai dengan fungsinya.

Secara konsepsional dalam hal konsepsi bentuk tari, di satu pihak berpijak atau mencerminkan konsepsi isi, dan dilain pihak elemen-elemennya terungkap bertahap dan saling mengisi selaras dengan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan sebuah bentuk karya tari. Bentuk tari terdiri dari penyajian, koreografi, karawitan, rias dan busana serta properti tari.

Sedangkan penyajian tari mengutamakan isi gambaran tarian, nama tarian, dan juga tatanan yang sudah baku atau mentradisi.Berdasarkan dari pijakan-pijakan itu, maka bentuk penyajian taridapat dibagi menjadi tiga macam yaitu:

1.  Tari Tunggal 

     Bentuk penyajian tari tunggal adalah yang isi gambarannya mengisahkan seorang tokoh dan nama tariannya pun dari nama seorang tokohnya atau julukannya, seperti tokoh Srikandi, Arjuna dan sebagainya.

Tari Tunggal  adalah tarian yang dilakukan oleh seorang penari. Gerakannya mencapai tingkat kerumitan tertinggi dibandingkan dengan bentuk tari lainnya.

Tari Tunggal adalah perwujudan koreografi yang khas dan ditarikan oleh seorang penari. Tingkat kerumitan pengungkapannya relatif lebih tinggi dibandingkan bentuk tari lainnya. Kondisi ini dikarenakan dilakukan oleh satu orang penari, sehingga nilai-nilai estetik tarian yang dilakukannya bertumpuhanya kepada seorang penari. Demikian juga tatanan pada gerak tari tunggal memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi, sulit untuk dilakukan secara rampak.

Daya tarik tari Tunggal adalah daya tarik personal yang dimunculkan  oleh koreografer dan kepiawaian penarinya. Koreografi dan penarinya menjadi satu-satunya fokus perhatian, baik bagi pemusik yang mengiringi ataupun penonton yang menyaksikan.

Kekhususan lainnya adalah keleluasaan wilayah gerak penari yang bisa diolah sendiri berdasarkan kepekaan penarinya, sebagai contoh dalam mengolah ruang (maju-mundur, berputar dan sebagainya), mengatur waktu atau tempo musik (mengolah irama, cepat lambat), mengatur tenaga (kuat-lemah) dan olah rasa/ekspresi (memaknai gerak, tema dan mengintepretasikan isi tari).

Berikut ini beberapa contoh bentuk penyajian tari Tunggal: 

   a.  Tari Golek (Yogyakarta)
        Tari Golek adalah tari yang ditarikan oleh remaja puteri. Pengertian remaja puteri adalah seorang wanita yang belum pernah menikah, berumur antara 12 tahun sampai 21 tahun. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menginjak dewasa. Pada saat ini remaja puteri mengalami masa transisi/peralihan dari kanak-kanak ke remaja, sehingga seorang remaja ingin memperlihatkan pribadinya. Dalam masa perkembangan kepribadian seseorang, masa remaja mempunyai arti yang khusus. Dalam rangkaian proses perkembangan, masa ini seseorang tidak  mempunyai kedudukan yang jelas. Pada masa inilah remaja mulai mencari-cari atau mulai berfikir tentang potensi pribadiyang akan dipakai sebagai landasan selanjutnya.

Untuk memperlihatkan potensi pribadinya dapat dilihat pada gerak muryani  busana, seperti ragam  tasikan, miwir rikmo, atrap sumping, atrap jamang. Dari gerakan tersebut memberi penjelasan bahwa muryani busana merupakan gerak yang mempunyai makna orang berhias dan berbusana, dari mulai memakai pakaian sampai mengenakan asesoris.  Jika dilihat dari struktur geraknya, tari ini didominasi  oleh gerak muryani busana. Dari pengkajian yang lebih dalam, ternyata ekspresi gerak ini sangat sesuai dan juga mempunyai makna sebagai penggambaran dunia penarinya (remaja puteri). Pada masa ini perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya. Diri mereka sendiri merupakan salah satu penilai yang penting terhadap badannya sendiri. Jadi sangat tepat jika esensi tari Golek ini terletak pada gerak muryani busana atau dengan kata lain gerak ini merupakan gerak yang paling representatif.

Penggambaran gerak berbusana di dalam tari Golek tidak sekedar meniru orang yang sedang mengenakan pakaian, tetapi di dalamnya mempunyai makna yaitu gerakan mematut diri. Jadi pada hakekatnya, berpakaian atau berdandan dipandang bukan sekedar sebagai penutup tubuh, tetapi di sini lebih menonjolkanunsur estetiknya. Ketika unsur fungsi dan keindahan disatukan pada gilirannya akan memberi kesan sempurna pada penampilan. Dengan sempurnanya suatu penampilan akan muncul kepercayaan diri, yang pada akhirnya akan muncul kesadaran tentang pribadi dengan segala potensinya. Dengan proses yang panjang dari waktu ke waktu akhirnya akan terbentuk suatu kepribadian. Dengan kata lain kepribadian akan terbentuk seiring dengan berjalannya waktu. Pada masa ini terjadi proses pemantapan secara lambat dan teratur. Masa ini merupakan kunci dari perkembangan anak. Pada periode ini anak gadis banyak melakukan instropeksi dan mencari sesuatu ke dalam diri sendiri. Yang pada akhirnya ia akan menemukan ”akunya” dalam diri mereka sendiri dengan sikap keluar pada dunia nyata.

Dengan diketahuinya makna yang lebih dalam dari tari Golek, dapat diambil kesimpulan bahwa tari golek bukan sekedar sebuah tari yang menggambarkan seorang remaja putri yang sedang berhias diri. Disini tari golek yang dimaknai sebagai tari tunggal putri yang menggambarkan seorang gadis remaja yang sedang berada dalam liminalitas. Dalam upayanya untuk menemukan jati dirinya ia berusaha menumbuhkan rasa percaya diri yang diekspresikan dengan gerakan yang menggambarkan berhias diri. Pencarian jati diri pada hakekatnya adalah kerja pribadi.  Hal ini sejalan dengan tari golek sebagai tari tunggal. Sebagai tari tunggal (yang mulanya adalah satu-satunya pada tari putri), jelas mempunyai keistimewaan bila dibandingkan dengan bentuk tari yang lain.
Tari golek dalam ragam gerak tasikan

Gambar 33. Tari golek dalam ragam gerak tasikan
Tari Golek merupakan contoh tari tunggal
Gambar 34. Tari Golek merupakan contoh tari tunggal

   b.  Tari Ngremo (Surabaya)
        Tari Ngremo berasal dari tari upacara untuk menghormati tamu agung atau tamu penting dalam suatu pesta. Tarian ini biasa ditarikan oleh seorang penari pria, dalam perkembangannya tari Ngremo dapat ditarikan oleh beberapa penari pria atupun penari gadis remaja.

Tari Ngremo dari Jawa Timur

2.  Tari Berpasangan

     Tari Berpasangan adalah tari yang isi gambaran tariannyamengisahkan tentang dua orang tokoh dan nama tariannya pun dari nama kedua tokohnya. Seperti Srikandi mustakaweni dan sebagainya.Tari Berpasangan adalah tarian yang dilakukan berdua dan sebagian gerakannya berlainan satu sama lain, tetapi antara penari merupakan satu kepaduan yang disebut  dengan  duet. Bentuk perkembangan lainnya ada yang ditarikan bertiga (trio) dan paduan dari empat penari yang disebut kuartet.

Tari Berpasangan ini adalah tarian duet, dalam arti keutuhan koreografinya diwujudkan atas adanya interaksi dan perpaduan gerak yang satu sama lain berbeda. Dengan kata  lain, keutuhan dan kekuatan koreografinya terwujud dari saling  mengisi atau saling melengkapi dari kedua orang penari yang mengekspresikannya. Baik perpaduan dari dua orang penari yang berlainan jenisnya seperti penari pria dengan pria dan penari wanita dengan wanita, maupun berlainan jenis yaitu penari pria dengan wanita. Tari pasangan atau duet ini akan terungkap  dari sisi kemampuan menjalin kekompakan dalam perpaduan saling mengisi atau saling melengkapi secara harmoni sehingga keutuhan, kekhasan dan kekuatan koreografi tari duet ini terekspresikan dengan sempurna.
Tari Berpasangan adalah tarian yang dilakukan oleh dua orang penari dengan bentuk gerak yang sama atau berlainan tetapi antar penari mempunyai keterkaitan dalam mewujudkan garapan tarinya.Tari berpasangan dilakukan oleh penari putera dengan puteri atau puteri dengan puteri, bisa juga putera dengan putera. Tari  Berpasangan lebih menekankan pada respon antar penari.Tari Berpasangan lebih berorientasi pada keterikatan pola ruang, sehingga kebebasan dalam hal mengolah ruang sedikit agak dibatasi karena biasanya pada ruang yang satu dengan yang lainnya telah ditata dengan susunan tertentu. Berikut ini beberapa contoh tari berpasangan yang ada di Nusantara, yaitu tari Arjuna melawan Cakil dari Surakarta, tari Srikandhi melawan Suradiwati dari Yogyakarta, tari Damarwulan Anjasmara dari Jawa Barat, tari Oleg Tambulilingan dari Bali, dan tari Payung dari Sumatra Barat.

Berikut ini contoh tari  Berpasangan yang ada beberapa daerah di Nusantara.

   a.  Tari Oleg Tamulilingan
        Tari ini melukiskan dua ekor kembang madu jantan dan betina yang sedang asyik bercumbu rayu di tanam bunga. Kata Oleg berarti bergerak dengan lembut, luwes dan indah (menari) dan Tamulilingan berarti kumbang madu. Oleg Tamulilingan adalah  tari duet atau berpasangan. Namun demikian sering pula tarian ini dibawakan oleh penari wanita dan salah  seorang  penarinyaberperan sebagai laki-laki. Materi geraknya banyak bersumber dari gerak-gerak Pengambuhan. Instrumen pengiringnya adalah seperangkat gamelan Gong Kebyar.

Apabila dicermati busana kedua penari itu sebenarnya tak sedikitpun mengesankan bahwa mereka itu memerankan dua ekor kumbang. Demikian pula gerak mereka berdua ketika sedang memadu kasih, sama sekali tidak menyiratkan tingkah laku dua ekor kumbang yang sedang kasmaran. Busana yang dipakai kumbang jantan mengenakan busana yang sama persis dengan tari Kebyar Terompong. Adapun kumbang betina mengenakan busana adat kebesaran wanita Bali dengan hiasan penutup kepala yang dipenuhi dengan bunga-bunga emas yang indah sekali.

Oleg Tamulilingan diawali dengan tampilnya penari kumbang betina. Kumbang betina yang selalu dibawakan oleh seorang penari gadis cantik terlebih dulu menari solo untuk mendemonstrasikan kemampuan teknik tari serta ekspresi wajahnya di atas pentas. Tak lama  kemudian tampil kumbang jantan yang seolah-olah menggoda kumbang betina yang sedang memperagakan kemampuannya menari. Kumbang betina berdiri dan terjadilah tarian duet yang sangat mempesona.

Tari Oleg Tamulilingan dari Bali
Gambar 41. Tari Oleg Tamulilingan dari Bali
b.  Tari Payung (dari Sumatera)
        Tari Payung menggambarkan perkenalan antara pemuda dan pemudi di sekitar sungai Tangang. Sungai Tangang adalah tempat pemandian yang indah di bukit tinggi Sumatera Barat. Naik kereta kuda dalam istilah daerah setempat dinamakan “Berbendi bendi ke sungai  Tangang”.  Aktivitas tersebut  merupakan kegemaran para remaja putera puteri daerah Minang pada masa silam. Suasana perkenalan dengan berbagai macam variasi diungkap dalam bentuk tari  Payung yang merupakan  tari berpasangan.

Tari Payung dari Sumatera
Gambar 42. Tari Payung dari Sumatera

3.  Tari Kelompok

     Bentuk penyajian tari kelompok isi tariannya menggambarkan atau mengungkapkan sekelompok yang jabatannya sama, dan nama tariannya berdasarkan  dari nama jabatannya atau aktivitasnya, misalnya :

   a.  Menggambarkan para penari putri keraton yang menghibur raja.
   b.  Menggambarkan para prajurit yang sedang berlatih perang dengan menggunakan senjata.

Tari kelompok,  adalah tari yang dilakukan oleh lebih dari seorang penari dengan gerakan-gerakan  yang seragam (rampak). Untuk memenuhi keseragaman gerak maka akan terjadi penyederhanaan gerak, atau sudah ditata sedemikian rupa sehingga tingkat kerumitannya tidak terlalu menyulitkan untuk dilakukan seragam.

Kekhasan dan kekuatan koreografi tari rampak atau masal ini adalah dimana setiap sikap dan gerak dari keseluruhan koreografi diungkapkan oleh jumlah penari yang banyak (minimal dua orang atau lebih) dengan perwujudan yang sama atau seragam. Sisi kesulitan bagi para penari di sini adalah harus mampu menjalin kekompakan/harmoni dan kejelian mengekspresikan seluruh anggota tubuhnya sehingga menjadi seragam sampai detail-detailnyaTari kelompok bisa dilakukan dalam jumlah yang sedikit (kelompok kecil) dengan jumlah penari 3, 5, 10,  dan 15 orang, sedangkan  kelompok besar terdiri  dari 15 orang sampai dengan ratusan orang (kolosal). Kategori besar dan kecil tergantung pada ruang yang digunakan. 

Tari kelompok koreografinya selalu mempertimbangkan detail gerak yang cenderung tidak terlalu rumit jika dibandingkan dengan koreografi tari tunggal. Gerakan-gerakan yang terlalu rumit biasanya akan menyulitkankekompakan penari, karena kekompakan dankeserempakan penari menjadi bagian penting dalampenampilan tari kelompok.

Aspek yang ditonjolkan pada tari kelompok adalah kekayaan dan variasi pola lantainya. Bahkan dalam bentuk yang massal atau kolosal, pola-pola lantainya sering berbentuk konfigurasi. Tari kelompok biasanya membawakan tema tertentu atau dapat pula membawakan suatu cerita (lakon). Pergelaran tari kelompok dengan menyajikan lakon memerlukan media penyampaian agar dapat jelas diikuti jalan dan isi ceritanya. Media penyampaian dalam tari kelompok ini berupa dialog yang diwujudkan dalam bentuk gerak, dalam bentuk vokal (seni  suara) dan dalam bentuk  bahasa percakapan.

Yang termasuk tari tanpa dialog misalnya sendratari Ramayana dan bentuk-bentuk sendratari lainnya. Yang termasuk bentuk tari kelompok berdialog vokal misalnya langendriyan, dan yang termasuk tari kelompok berdialog prosa misalnya wayang wong. Berikut ini beberapa contoh bentuk peyajian tari kelompok di wilayah Indonesia,
  
   a.  Tari Pajoge (Sulawesi Selatan)
        Tari Pajoge  merupakan  tari tradisional etnis Bugis, yang ditarikan oleh dua belas penari wanita yang 
berumur sekitar 15 tahun. Busana penari memakai kain sarung tenunBugis, dan baju pakambang  pada 
bahu sebelah kanan atas dan memakai kipas. Perhiasan kepala berupa jungge. Biasanya tarian ini dipentaskan di istana kerajaan Bone. Tarian ini dipentaskan pada upacara-upacara tradisionil seperti pada upacara pernikahan, menghibur raja dan permaisuri raja, dan upacarapertama kali potong gigi.

Tari pajoge tari istana dari kerajaan Bone Sulawesi Selatan, merupakan bentuk penyajian tari kelompok
Gambar 52. Tari pajoge tari istana dari kerajaan Bone Sulawesi Selatan,
merupakan bentuk penyajian tari kelompok


   b.  Tari Pakarena (Sulawesi Selatan)
        Tari ini sebagai tari pemujaan yang berkembang di istana kerajaan Gowa, fungsinya pada waktu itu sebagai tari upacara adat seperti pencucian benda kerajaan, pernikahan raja, sunatan, masuk rumah atau naik rumah.

Dengan berkembangnya jaman tarian ini berubah fungsi menjadi tari pertunjukan hiburan. Tarian ini biasa ditarikan atau dipentaskan untuk  menjemput tamu yang dimuliakan atau upacara pesta adat perkawinan.

Jumlah penari 12 orang yang berumur sekitar 9 sampai 14 tahun. Tarian ini memakai sarung dan baju rawang dan masing-masing penari membawa sebuah kipas ditangannya. Tarian ini berasal dan berkembang di rumpun daerah Gowa yang meliputi pula daerah Bansaeng, Jeneponto, Makasar, Takalar dan Selayar.

Iringan pada tarian ini meliputi, gendang, katto-katto, dan pui-pui. Tata busana Tari PakarenaBaju bodo merah dan hijau, warna merah mempunyai arti simbolis yaitu bahwa salah satu dari bapak atau ibu  adalahseorang bangsawan.  Warna hijau mempunyai arti bangsawan penuh. Sarung tope (rok putih) dan celana tope.

Aksesoris
  1. Tambah (gelang kecil)
  2.  Ponto labbu
  3. Bangkara (anting)
  4. Rante labba (Kalung lebar)
  5. Bando (hiasan kepala)
  6. Kolara (kalung panjang)
  7. Pinang goyang (hiasan kepala disanggul)
  8. Kutu-kutu (hiasan kepala)
  9. Bunga nigubah (kembang sanggul)
  10. Simboleng patinra (sanggul tradisi)
  11. Sima tayya (hiasan di lengan)
Tari Pakarena dari Sulawesi Selatan Merupakan bentuk penyajian tari kelompok
Gambar 53. Tari Pakarena dari Sulawesi Selatan
Merupakan bentuk penyajian tari kelompok

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Kelas X IPS 1 & IPA 2) Contoh Kritik Seni Rupa

(KELAS X) Prinsip Dasar Karya Seni Rupa Dua Dimensi