Lanjutan Seni Teater Kelas X


Perintah Tugas :
  1. Silahkan lanjutan merangkum/meresume materi di bawah ini dibuku catatannya !
  2. Hasil rangkuman/resume di foto dan dikirim via WA Pribadi sebagai bukti telah mengerjakan tugasnya
  3. Yang sudah mengirimkan bukti tugas via WA pribadi silahkan namanya di list di wa gruop.
  4. Terima kasih....!!!

Dalam perkembangan selanjutnya istilah teater memiliki arti sebagai berikut :
a.       Gedung pertunjukan, tempat orang menonton atau sajian tontonan.
b.      Tontonan yang disajikan di gedung pertunjukan, terutama yang memaparkan lakon.
c.       Adegan, pemain, dan gagasan yang dipandang sebagai drama.
d.      Medan atau wilayah suatu tindakan terjadi.
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi, dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia. Dalam arti luas, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukan di depan orang banyak, misalnya wayang golek, lenong, akrobat, debus, sulap, reog, band, dan sebagainya. Adapun dalam arti sempit, teater adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh orang banyak, tertulis dengan diiringi musik, nyanyian, dan tarian. (Sumber:reogsingojoyo.com)
Kata teater sekarang lebih dikenal sebagai drama atau segala sesuatu yang berkaitan dengan drama, penulisan, dan akting lakon. Pada zaman sebelum Perang Dunia II dikenal istilah tone (toneal) yang berasal dari bahasa Belanda. Kanjeng Gusti Pangeran Mangkunegara VII menggunakan istilah sandiwara dari kata “sandi dan warah” .“Sandi berarti tersamar, terselubung, rahasia. Sedangkan warah berarti didik, bimbing, ajar. Secara harfiah sandiwara berarti pendidikan yang secara terselubung.
(Sumber:indonesia punya kreasi.com)

Unsur-Unsur Teater
Unsur-unsur teater menurut urutannya sebagai berikut.
a.       Gerak sebagai unsur penunjang (gerak tubuh,gerak suara,gerak bunyi dan gerak rupa).
b.      Suara sebagai unsur penunjang (kata, dialog, ucapan pemeran).
c.       Bunyi sebagai efek penunjang (bunyi benda, efek dan musik).
d.      Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya, dekorasi, rias dan kostum).
e.       Lakon sebagai unsur penjalin (cerita, non cerita, fiksi dan narasi).
Teater sebagai hasil karya (seni) merupakan satu kesatuan yang utuh antara manusia sebagai unsur utamanya dengan unsur-unsur penunjang dan penjalinnya, dapat dikatakan bahwa teater merupakan perpaduan segala macam pernyataan seni.
Unsur-unsur Pertunjukan/Pementasan
Sebelum mempelajari materi teater lebih lanjut. Anda harus memahami drama terlebih dahulu. Dalam drama terdapat berbagai unsur yang disebut unsur-unsur dramatik yang biasanya dipelajari sebagai dramaturgi (teori yang mempelajari seluk beluk naskah drama). Unsur-unsur tersebut adalah tema, amanat, alur/plot, dialog, latar/setting, bahasa, karakter.
Selain unsur-unsur dramatik, dalam teater dikenal unsur-unsur pementasan (biasa disebut unsur teatrikal). Unsur-unsur teatrikal meliputi naskah, pemain, sutradara, tata rias, tata busana, tata panggung, tata suara, tata lampu, penonton.

Berikut unsur-unsur seni teater:
a.       Naskah
Naskah adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Dalam naskah tersebut termuat nama-nama dan lakon tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh dan keadaan panggung yang diperlukan.
b.      Pemain
Pemain adalah orang yang memerankan cerita, berapa jumlah pemain yang disesuaikan denagn tokoh yang dibutuhkan dalam cerita, setiap tokoh akan diperankan setiap pemain.
c.       Sutradara
Sutradara adalah pemimpin dalam pementasan. Tugas sutradara sangat banyak dan beban tanggung jawabnya cukup berat, tugas sutradara meliputi: memilih naskah, menentukan pokok-pokok penafsiran naskah, pemilihan pemain, melatih pemain, dan mengoordinasikan setiap bagian.
d.      Tata rias
Fungsi tata rias adalah menggambarkan tokoh yang dituntut misalnya seorang pemain memerankan tokoh kakek, maka wajah dan rambutnya dibuat tampak tua.
e.       Tata busana
Penata rias dan penata busana harus bekerjasama saling memahami, saling menyesuaikan. Penata rias dan penata busana harus mampu menafsirkan dan mementaskan rias dan pakaian yang terdapat dalam naskah drama.
f.       Tata lampu
Pengaturan cahaya di panggung dibutuhkan untuk mendukung jalan cerita yang menerangkan tempat dan waktu kejadian pada sebuah cerita, untuk menggambarkan kejadian pada malam hari atau siang hari, menggambarkan kejadian misal di tempat romantis.
g.       Tata suara
Musik dalam pertunjukan drama adalah untuk mendukung suasana, misal penggambarkan kesedihan, ketakutan, kemarahan, dan lain-lain.
h.      Penonton
Penonton termasuk unsur penting dalam pementasan. Bagaimana sempurnanya persiapan, kalau tak ada penonton rasanya tak akan dimainkan. Jadi, segala unsur yang telah disebutkan sebelumnya, pada akhirnya untuk penonton.
Penokohan merupakan usaha untuk membedakan peran satu dengan peran yang lain. Perbedaan peran ini diharapkan akan diidentifikasi oleh penonton. Jika proses identifikasi ini berhasil, maka perasaan penonton akan merasa terwakili oleh perasaan peran yang diidentifikasi tersebut. Suatu misal kita mengidentifisasi satu peran, berbarti kita telah mengadopsi pikiran-pikiran dan perasaan peran tersebut menjadi perasaan dan pikiran kita.
Penokohan atau perwatakan dalam sebuah lakon memegang peranan yang sangat penting. Bahkan ada pendapat yang menyatakan bahwa berperwatakanlah yang paling utama dalam lakon. Tanpa perwatakan tidak akan ada cerita, tanpa perwatakan tidak bakal ada plot. Padahal ketidaksamaan watak akan melahirkan pergeseran, tabrakan kepentingan, konflik yang akhirnya melahirkan cerita.
Peran merupakan sarana utama dalam sebuah lakon, sebab dengan adanya peran maka timbul konflik. Konflik dapat dikembangkan oleh penulis lakon melalui ucapan dan tingkah laku peran. Dalam teater, peran dapat dibagi-bagi sesuai dengan motivasi-motivasi yang diberikan oleh penulis lakon. Motivasi-motivasi peran inilah yang dapat melahirkan suatu perbuatan peran. Peran-peran tersebut sebagai berikut.
a.       Protagonis
Protagonis adalah peran utama yang merupakan pusat atau sentral dari cerita. Keberadaan peran adalah untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul ketika mencapai suatu cita-cita.
Persoalan ini bisa dari tokoh lain, bisa dari alam, bisa juga karena kekurangan dirinya sendiri. Peran ini juga menentukan jalannya cerita. Contoh tokoh protagonis pada lakon Raja Lear karya William Shakespeare terjemahan Trisno Sumardjo adalah tokoh Raja Lear itu sendiri.
b.      Antagonis
Antagonis adalah peran lawan, karena dia seringkali menjadi musuh yang menyebabkan konflik itu terjadi. Tokoh protagonis dan antagonis harus memungkinkan menjalin pertikaian, dan pertikaian itu harus berkembang mencapai klimaks. Tokoh antagonis harus memiliki watak yang kuat dan kontradiktif terhadap tokoh protagonis.

Contoh tokoh antagonis pada lakon Raja Lear karya
William Shakespeare terjemahan Trisno Sumardjo adalah tokoh Gonerill dan tokoh Regan. Kedua tokoh inilah yang menentang perkembangan, keinginan, dan cita-cita Raja Lear.
c.       Deutragonis
Deutragonis adalah tokoh lain yang berada di pihak tokoh protagonis. Peran ini ikut mendukung menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh protaganis. Contoh, peran Tumenggung Kent, Edgar, Cordelia dalam lakon Raja Lear karya William Shakespeare.
d.      Tritagonis
Tritagonis adalah peran penengah yang bertugas menjadi pendamai atau pengantara protagonis dan antagonis. Contoh, tokoh Bangsawan pada lakon Raja Lear karya Willliam Sahkespeare. Dia adalah pengawal dari Cordelia.
e.       Foil
Foil adalah peran yang tidak secara langsung terlibat dalam konflik yang terjadi tetapi ia diperlukan guna menyelesaikan cerita. Biasanya dia berpihak pada tokoh antagonis. Contoh, tokoh Perwira, Oswald, Curan dalam lakon Raja Lear karya William Shakespeare.
f.       Utility
Utility adalah peran pembantu atau sebagai tokoh pelengkap untuk mendukung rangkaian cerita dan kesinambungan dramatik. Biasanya tokoh ini mewakili jiwa penulis. Contoh: tokoh Badut dalam lakon Raja Lear karya William Shakespeare.
Penokohan dalam seni teater berkaitan erat dengan karakter. Karakter adalah jenis peran yang akan dimainkan, sedangkan penokohan adalah proses kerja untuk memainkan peran yang ada dalam naskah lakon. Penokohan ini biasanya didahului dengan menganalisis peran tersebut sehingga bisa dimainkan. Jenis karakter dalam teater ada empat macam, yaitu flat character, round character, teatrikal, dan karikatural sebagai berikut.
a.       Flat character (perwatakan dasar)
Flat character atau karakter datar adalah karakter tokoh yang ditulis oleh penulis lakon secara datar dan biasanya bersifat hitam putih. Karakter tokoh dalam lakon mengacu pada pribadi manusia yang berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungan. Ketika masih kecil dia bereksplorasi dengan dirinya sendiri untuk mengetahui perkembangan dirinya, dan ketika sudah dewasa maka pribadinya berkembang melalui hubungan dengan lingkungan sosial. Jadi perkembangan karakter seharusnya mengacu pada pribadi manusia, yang merupakan akumulasi dari pengalamanpengalaman dan interaksi-interaksi yang dilakukannya dan terus berkembang.
Penulis lakon adalah orang yang memiliki dunia sendiri yaitu dunia fiktif, sehingga ketika mencipta sebuah karakter dia bebas menentukan suatu perkembangan karakter. Flat character ini ditulis dengan tidak mengalami perkembangan emosi maupun derajat status sosial dalam sebuah lakon. Flat character biasanya ada pada karakter tokoh yang tidak terlalu penting atau karakter tokoh pembantu, tetapi diperlukan dalam sebuah lakon. Misalnya tokoh Oswald, tokoh Badut dalam lakon Raja Lear karya William Shakespeare terjemahan Trisno Sumardjo. Tokoh Oswald ini dari awal cerita sampai akhir cerita tetap sebagai pembantu atau abdi Gonerill, sama dengan tokoh Badut dalam lakon ini tidak berkembang, baik secara emosi, pribadi, maupun secara status sosialnya.
b.      Round character (perwatakan bulat)
Karakter tokoh yang ditulis oleh penulis secara sempurna, karakteristiknya kaya dengan pesan-pesan dramatik. Round karakter adalah karakter tokoh dalam lakon yang mengalami perubahan dan perkembangan baik secara kepribadian maupun status sosialnya. Perkembangan dan perubahan ini mengacu pada perkembangan pribadi orang dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan inilah yang menjadikan karakter ini menarik dan mampu untuk mengerakkan jalan cerita. Karakter ini biasanya terdapat karakter tokoh utama baik tokoh protagonis maupun tokoh antagonis.
c.       Teatrikal
Teatrikal adalah karakter tokoh yang tidak wajar, unik, dan lebih bersifat simbolis. Karakterkarakter teatrikal jarang dijumpai pada lakon-lakon realis, tetapi sangat banyak dijumpai pada lakon-lakon klasik dan nonrealis. Karakter ini hanya simbol dari psikologi masyarakat, suasana, keadaanzaman dan lain-lain yang tidak bersifat manusiawi tetapi dilakukan oleh manusia. Misalnya karakter yang diciptakan oleh Putu Wijaya pada lakon-lakonnya yang bergaya post-realistic, seperti tokoh A, D, C, Si Gembrot, Si Tua, Kawan, Pemimpin (lakon LOS) dan lain-lain.
d.      Karikatural
Karikatural adalah karakter tokoh yang tidak wajar, satiris, dan cenderung. Karakter ini segaja diciptakan oleh penulis lakon sebagai penyeimbang antara kesedihan dan kelucuan, antara ketegangan dengan keriangan suasana. Sifat karikatural ini bisa berupa dialog-dialog yang diucapkan oleh karakter tokoh, bisa juga dengan tingkah laku, bahkan perpaduan antara ucapan dengan tingkah laku. Misalnya, karakter Badut pada lakon Raja Lear karya Willilam Shakespeare terjemahan Trisno Sumardjo, kalau dianalisis dialognya menunjukkan betapa sangat satir dan dapat mengimbangi ketegangan suasana yang diciptakan oleh Raja Lear.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Kelas X IPS 1 & IPA 2) Contoh Kritik Seni Rupa

(KELAS X) Prinsip Dasar Karya Seni Rupa Dua Dimensi